Oleh: Kwee Djioe Liang
Perusahaan keluarga merupakan perusahaan swasta yang memberikan kontribusi 82,44% terhadap PDB Indonesia, melingkupi 72% dari sektor bisnis (BPS). Data tersebut menunjukkan besarnya kontribusi perusahaan keluarga terhadap ketahanan ekonomi Indonesia. Perusahaan keluarga juga mendominasi 95% pendapatan dari seluruh pendapatan perusahaan kecil hingga menengah di Indonesia.
Bisnis keluarga di Indonesia selalu dihadapkan pada isu utuma, yakni suksesi. Keberlanjutan perusahaan keluarga sangat ditentukan oleh keberhasilan proses suksesinya. Suksesi menjadi proses pengalihan bisnis keluarga lintas generasi, sekaligus sebagai proses untuk memlihara keharmonisan keluarga. Setiap perusahaan keluarga memimpikan bahwa peralihan kepemimpinan lintas generasi dalam perusahaan mereka dapat berlangsung jangka waktu lama.
Keberhasilan suksesi bisnis keluarga sangat ditentukan pada ketepatan pilihan terhadap anggota keluarga yang akan memperoleh tongkat estafet kepemimpinan. Estefet kepemimpinan seringkali dialamatkan kepada anggota keluarga dengan jenis kelamin laki-laki, meskipun dalam konteks kekinian keberadaan perempuan juga diperhitungkan dalam proses suksesi, meskipun jumlahnya masih dalam kategori kurang. Kehendak pendiri bisnis keluarga untuk mendelegasikan kepemimpinan kepada penerus perempuan muncul jika anggota keluarga perempuan tersebut dianggap memiliki motivasi yang kuat untuk menjadi penerus.
Perempuan mempunyai alasan dan motivasi lebih untuk terlibat dalam bisnis keluarga karena merasa mampu untuk terus belajar hal baru dan mengembangkan diri. Perempuan juga mempunyai motivasi kuat untuk membantu dan membalas budi orang tua melalui pengembangan bisnis keluarga. Ryan dan Deci (2000) membagi motivasi menjadi tiga kebutuhan psikologi yang harus terpenuhi oleh perempuan jika mereka hendak dilibatkan dalam bisnis keluarga:
1. Otonomi
Ketika perempuan diizinkan untuk bertindak sesuai dengan kehendak bebas mereka sendiri, mereka mengalami rasa kemandirian. Memberikan kemandirian kepada ahli waris perempuan akan mendorong lebih banyak perempuan untuk ikut serta dalam perusahaan keluarga. Misalnya, petahana dapat mengizinkan penerus perempuan untuk mengejar karir dan mencapai kemandirian keuangan dalam bisnis keluarga.
2. Kompetensi
Jika calon penerus perempuan percaya bahwa dia dapat memperoleh keterampilan baru dan menjadi ahli dalam hal itu, ini akan memuaskan kebutuhannya. Mereka akan termotivasi karena berkaitan dengan pengembangan kompetensi diri. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk membekali perempuan pengganti bisnis keluarga dengan keterampilan bisnis, seperti: menyediakan akses ke berbagai kemungkinan pendidikan, baik formal maupun informal. Penting bagi bisnis keluarga untuk memberikan kesempatan bagi ahli waris perempuan untuk menggunakan keterampilan mereka, memajukan perusahaan, serta memberikan umpan balik atas kinerja mereka.
3. Relasi
Alasan utama perempuan pertama kali terlibat dalam perannya sebagai penerus bisnis keluarga adalah karena keterlibatanya didukung, ditiru, atau dihargai oleh orang penting disekitar mereka, seperti orang tua, saudara dan karyawan. Misalnya, penerus perempuan ditempatkan dalam sebuah tim yang mendukung pekerjaan mereka sehingga mereka merasa terbantu dengan kemampuan diri yang terbatas. Orang tua juga dapat memberikan dukungan emosional dengan mengkomunikasikan penghargaan atas kinerja dan kontribusi penerus perempuan kepada semua pemangku kepentingan.
Pemenuhan ketiga prasyarat psikologis ini sangat penting jika seorang ahli waris perempuan terinspirasi untuk bergabung dengan bisnis keluarga. Studi terbaru menunjukkan bahwa kemungkinan perempuan menjadi penerus dan upaya mereka untuk memberikan layanan terbaik secara signifikan dipengaruhi oleh dorongan motivasi yang berasal dari pilihan bebas perempuan itu sendiri. Menurut teori motivasi, jika perempuan diberikan tanggung jawab dan otonomi untuk berperan aktif dalam bisnis keluarga, mereka akan menikmati peran baru mereka sebagai penerus.