Membangun Identitas Diri: Tantangan dan Peluang Penerus Perempuan Bisnis Keluarga di Era Milenial

Penulis: Kwee Djioe Liang – Fasilitator Program Bisnis Keluarga

Stereotip gender dan ketidakpercayaan terhadap kemampuan perempuan masih sering terjadi. Artikel ini mengupas tantangan yang dihadapi penerus perempuan dan strategi untuk membangun identitas diri yang kuat.

Nita, 23 tahun,  seorang  calon penerus perempuan bisnis keluarga Industri plastik asal Mojokerjo mengungkapkan:

……..” pengakuan itu jarang datang dari keluarga Nita  bisa gitu sih jadi mau pencapaiannya sebagus apa pun itu kayak iya ya udah gitu….” (Nita P.2 hlm 50),

Nita merasa kurang mendapatkan pengakuan atas pencapaiannya dari keluarganya. Keluarga Nita mungkin memiliki stereotip gender yang menganggap bahwa perempuan tidak sepenting laki-laki dalam hal pencapaian profesional. Keluarga Nita mungkin memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap Nita, sehingga pencapaiannya dianggap biasa saja.

Tantangan Identitas Penerus Perempuan:

Perempuan sering dianggap tidak memiliki kemampuan dan kekuatan yang sama dengan laki-laki dalam memimpin bisnis. Perempuan harus berusaha lebih keras untuk mendapatkan pengakuan dan kepercayaan dari keluarga, karyawan, dan pemangku kepentingan. Perempuan dihadapkan pada tantangan peran ganda sebagai pemimpin bisnis dan ibu rumah tangga. Perempuan masih terbatas aksesnya terhadap pendidikan, pelatihan, dan jaringan bisnis.

“…mereka (karyawan) awalnya kayak meremehkan gitu ya karena saya itu masih kecil..masih menganggap pemimpin seorang perempuan itu aneh gitu…“(Tete P3. hlm .20 &31-32)

Tete, 25 tahun, penerus bisnis keluarga yang sudah terlibat selama 4 tahun di industri bisnis keluarga yang bergerak di bidang manufaktur kapal mengalami ketidak percayaan dari karyawan. Karyawan Tete meremehkannya karena dia perempuan dan masih muda. Hal ini menunjukkan bahwa stereotip gender masih kuat di masyarakat, di mana perempuan dianggap tidak kompeten sebagai pemimpin. Tete mungkin dianggap kurang pengalaman dan kurang tegas dibandingkan dengan pemimpin laki-laki.

Penerus perempuan juga mengalami ketidak-percayaan identitas dari keluarga, seperti yang dikatakan oleh Riz, 25 tahun, penerus perempuan di bisnis mebel dan furnitur

“…Gak ono awakmu ga pateken (ngga ada kamu nda apa).” (Riz P.5  hlm 15),

Kalimat “tidak ada kamu tidak apa-apa” secara eksplisit dikatakan oleh Ayah Riz bahwa Riz tidak esensial dan diragukan kemampuannya. Dalam konteks bisnis keluarga, kalimat ini dapat diartikan sebagai keraguan ayah terhadap kemampuan Riz sebagai penerus perempuan untuk melanjutkan atau memimpin perusahaan keluarga. Keraguan atau ketidakpercayaan gender ayah Riz ini dapat menjadi tantangan bagi Riz dalam mendapat pengakuan atau legitimasi

Strategi Membangun Identitas Diri:

Perempuan harus menunjukkan kualitas kerja dan kemampuan pengambilan keputusan yang baik. Mereka perl menjalin hubungan dengan pemangku kepentingan, mentor, dan pelaku bisnis lainnya. Perempuan perlu mengembangkan gaya kepemimpian personal dan tidak perlu meniru gaya kepemimpinan laki-laki. Membangun identitas kepemimpinan yang unik dan otentik adalah salah satu kunci untuk menunjukan jadi diri. Rama salah satu penerus perempuan berusia 23 tahun yang bergerak di bidang F & B dan perumahan mengungkapkan:

“alhamdulillah selama ini  perselisihan ada dikit dikit.”, …” tapi apa ya pak enggak pakai perasaan juga saya juga harus tegas saya bisa gini tapi di satu sisi kalau saya berbicara saya pakai hati juga ya.”…. Rama itu senang orangnya senang dengar cerita orang juga dengan tuh lebih sendiri dengar cerita orang lebih senang gali cerita orang tapi juga di sisi lain di situ tuh ini kan bisa belajar secara nyata gitu saya… sukanya dalam menghadapi itu tuh kayak ini tentu join dalam suatu organisasi tentu mau mengembangkan itu harus,  contoh saya gabung di-fambus sendiri akhirnya saya bisa berkembang di situ…langsung secara nyata lah…. papa sama mama itu orangnya juga suka banget untuk berbagi ya pak ya jadi intan itu belajar dari situ akhirnya kayak intan juga lakuin nah ternyata juga mereka (karyawan) otomatis  juga sukakan pak akan hal itu…. (Rama P.4  hlm.10-11, 16, 26, 36-37)…

Strategi mengadaptasi karakter gender membantu Ramain sebagai penerus dan calon pemimpin menyeimbangkan kebutuhan untuk tegas dan tetap menunjukkan kepedulian terhadap karyawannya. Ketegasan diperlukan untuk memastikan kelancaran bisnis, sedangkan kepedulian membantu membangun hubungan yang baik dengan karyawan sekaligus pengakuan dari karyawan. Strategi menduplikasi nilai nilai yang sudah dijalankan orang tua membantu Ramain membangun kepercayaan dan respek dari karyawannya. Nilai-nilai positif yang diajarkan orang tuanya, seperti ketulusan berbagi dapat membantu Ramain memimpin dengan baik.

Peluang dan pesan bagi Penerus Perempuan

Era milenial membuka peluang bagi perempuan untuk menunjukkan kemampuan dan keberhasilannya. Kemajuan teknologi, kesempatan pendidikan dan banyaknya  program pelatihan dan komunitas yang mendukung perempuan sebagai pengusaha.

Percayalah pada kemampuan diri dan jangan ragu untuk mengambil peran kepemimpinan. Bangun identitas diri yang kuat dan manfaatkan peluang yang tersedia. Masa depan bisnis keluarga ada di tangan perempuan milenial yang berani dan tangguh.

Tips:

Gunakan bahasa yang mudah dimengerti dan contoh yang relatable.

Sertakan cerita inspiratif dari penerus perempuan yang sukses.

Berikan tips dan saran praktis untuk membangun identitas diri.

Gunakan gambar dan infografik untuk menarik perhatian pembaca.

Kesimpulan:

Membangun identitas diri sebagai penerus perempuan bisnis keluarga di era milenial memang penuh dengan tantangan. Namun, dengan strategi yang tepat, dukungan dari berbagai pihak, dan kegigihan, perempuan dapat meraih kesuksesan dan membawa bisnis keluarga ke tingkat yang lebih tinggi.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *